Bela-belana Karaenga ri Gowa
Air Terjun di Desa Belapunranga Kec. Parangloe |
Saat Raja Gowa XI Karaeng Tunibatta
meminpin perang melawan pasukan Bone, ketika itu secara tak disangka,
tiba-tiba ada pasukan elite Bone menghampiri Baginda Raja, dan secepat
kilat ia mengayunkan parang kearah kepala Raja. Parang
itu yang sudah terasah tajam itu langsung mengenai kepala Baginda dan
terbelah, Raja mati bersimbah darah kala itu. Jenazahnya kemudian
dibawah ke Gowa untuk dimakamkan.
Dalam kondisi seperti itulah, Bate
Salapanga kemudian mengangkat penggantinya, yakni I Manggorai Daeng
Mammeta Karaeng Bonto Langkasa menjadi Raja di Gowa.
Raja Gowa I Manggorai tetap berupaya
memperluas wilayah kekuasaannya dengan cara perang dan cara damai. Kala
itu, posisi pertahanan kerajaan Gowa mulai melemah, namun tekat bagi
Sang Raja untuk memperluas wilayah kekuasaannya sangat kuat.
Suatu ketika, Raja Gowa bertanya pada
seorang Boto, namanya Boto Lempangang. “Siapa orang yang bisa diandalkan
untuk memperkuat barisan pertahanan Kerajaan Gowa?”. Dari pernyataan
Ssang Raja itu, kemudian dijawab oleh Boto Lempangang, bahwa ada orang
yang bisa diandalkan untuk memperkuat pertahanan Kerajaan. Orang
tersebut berada di wilayah timur Gowa, ia sekarang berada di Butta Bukku
(kawasan perbukitan). Bila memasuki Butta Bukku di Borisallo, Raja bisa
melihat seorang anak muda yang sedang membuat alat pembajak kerbau
dengan menetak parang diatas kakinya. Kalau ada orang seperti itu, itu
dia orangnya, namanya Punranga.
Dari jawaban Sang Boto itulah, Raja Gowa
I Manggorai mengutus beberapa orang stafnya untuk menemui anak muda itu
di Butta Bukku. Sampai disana, dilihatnya ada seorang anak muda sedang
membuat alat bajak (pajjeko). Kemudian mereka menyapa anak muda itu,
sambil tahu, bahwa ia diutusoleh raja Gowa untuk memanggil anak muda ini
ke Istana.
Setelah lama mereka berbincang, akhirnya
anak muda itu bersedia ke Istana untuk menghadap Raja Gowa. Sampai di
depan Istana, anak muda itupun langsung diperhadapkan pada Raja.
Dihadapan Sang Raja, Punranga kemudian menceritakan semua keahlian yang
ia miliki, termasuk Ilmu Beladiri yang dimilikinya yang membuat ia
berani menghadapi lawan-lawannya.
Anak muda Punranga kemudian mengucapkan Ikrar (Aru) di hadapan Sang Raja :
“Ti…… Karaeng
I Nakke minne Bole-bolena Punranga
Passiki’na Tanatoa
Punna Sombangku Tea
Punranga Tak kulle Sabbi”
Artinya; Ti….Karaeng,Saya ini
pemberaninya Punranga, mengangkat harkat dan derajat tanah tua
(Borisallo), kalau Sombangku tak berminat, Punranga tak bisa jadi saksi.
Sang Raja kemudian sangat tertarik
dengan penampilan anak muda ini, dan ia menawarkan untuk menjadi pasukan
Pallapak Barambang (Pimpinan Pasukan) di kerajaan Gowa.
Tawaran itu jelas diterima oleh Punranga, dan saat itu Punranga dipercayakan memimpin pasukan melawan musuh-musuh Gowa.
Pasukan Kerajaan dibawah pimpinan
Punranga saat itu mulai bangkit dan sangat ditakuti oleh musuhnya. Gowa
dibawah kepemimpinan Karaeng I Manggorai Daeng Mammeta menjadi sebuah
Kerajaan yang tangguh. Selain menaklukkan daerah kekuasaan dengan
peperangan, juga menggalang persahabatan dengan beberapa wilayah
kerajaan lainnya, yang membuat Raja makin disegani oleh lawan dan kawan.
Mulai saat itu, Manuju dan Borisallo masuk menjadi anggota Batesalapanga untuk memperkuat posisi pertahanan Kerajaan Gowa.
Karena Punranga dianggap sangat berjasa
dalam membela Kerajaan Gowa dari serangan musuh-musuhnya, sehingga ia
mendapat gelar kehormatan, yakni “Belapunranga” yang artinya orang yang membela kehormatan Kerajaan dari serangan musuh.
Karena berjasa memperkuat pertahanan
Kerajaan, maka Raja Gowa kemudian mengabadikan namanya pada kampung
halamannya, nama Belapunranga, sebagai salah satu daerah perkampungan
dalam wilayah kerajaan Borisallo. Hingga setelah proklamasi kemerdekaan,
Borisallo menjadi sebuah Desa dalam Wilayah Kecamatan Parangloe
Kabupaten Gowa. dan kini Kampung Belapunranga menjadi sebuah Desa dalam
pemekaran Desa di Kecamatan Parangloe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar