Tumassalangga Baraya
Hasil perkawinan antara Putri Ratu Tumanurung dengan Karaeng Bayo telah membuahkan seorang putra bernama Tumasalangga Baraya (ng). Nama Tumassalangga Baraya
yang diberikan pada putranya ini karena sesuai dengan kondisi
bandannya. Bahunya tidak rata, yakni yang satu diatas dan yang satu lagi
dibawah. Telinganya yang sebelah berbenjol sedang yang sebelah lagi
berbentuk lebar, telapak kakinya salama panjang kemuka dan kebelakang,
pusarnya besar seperti bakul Raja (bakuk Karaeng).
Mengapa anaknya Tumassalangga Baraya
memiliki badan seperti itu. Ternyata, beberapa anggota badannya punya
keistimewaan. Bahunya miring, telinganya seperti bukit yang
melambai-lambai, rambut yang putus di Jawa dapat didengarnya, Kerbau
putih mati di Selayar dapat tercium olehnya, Burung Merpati yang ada di
Bantaeng dapat dilihatnya; pandai menikam. Siapa yang menyembah
kepadanya bertahil-tahil emasnya (akan jadi kaya), siapa yang menyembah,
dia akan dimohonkan berkat keselamatan; siapa yang menyembah dia akan
menjadi rakyatnya.
Setelah Tumassalangga Baraya
dewasa, maka pada suatu hari Putri Ratu Tu Manurunga membelah dua tokoh
Kerajaan yang ada padanya. Yang sebelah disimpan untuk putranya dan
sebelah lainnya untuk dirinya sendiri. Sesudah itu, Baginda kemudian
masuk ke dalam biliknya dan di sanalah Baginda mairat atau raib ke
Negeri Kayangan.
Adapun belahan dokoh Kerajaan yang tersimpan untuk Tumassalangga Baraya dinamai “Tunisamanga“.
Karaeng Bayo dan Lakipadada yang masing-masing dalam keadaan mairat
dengan meninggalkan Klewannya masing-masing diperuntukkan untuk
Tumassalangga Baraya.
Tanru Ballanga, Sudanga dan Tunisamanga
adalah menjadi milik Kalompoang (kebesaran dari Kerajaan Gowa)
sejakzaman purba hingga zaman sekarang masih tersimpan di Museum Balla
Lompoa.
Raja Gowa Tumassalangga Baraya
ini tidak diketahui siapa istrinya. Namun berdasarkan silsilah
Raja-raja Gowa dapat diketahui bahwa Tumassalangga Baraya memiliki
seorang anak bernama I Puang Loe Lembang yang kelak menggantikannya
sebagai Raja Gowa ketiga.
Tumassalangga Baraya
yang memerintah pada tahun 1345-1370. Hingga akhir masa jabatannya,
dikabarkan Tumassalangga Baraya berangkat menuju ke utara di sebelah
Bukit yangada di perkampungan Jongoa (mungkin Jonggo). Setelah duduk di
bukit itu, terdengarlah suara halilintar dan hujan turun di hari panas
terik. Bersamaan dengan itu pula Tumassalangga Baraya lengap dari pandangan masyarakatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar