Anda Suka membaca Kisah Masa Lampau ??

Translate

Minggu, 18 Maret 2012

Raja Gowa II

Tumassalangga Baraya

Hasil perkawinan antara Putri Ratu Tumanurung dengan Karaeng Bayo telah membuahkan seorang putra bernama Tumasalangga Baraya (ng). Nama Tumassalangga Baraya yang diberikan pada putranya ini karena sesuai dengan kondisi bandannya. Bahunya tidak rata, yakni yang satu diatas dan yang satu lagi dibawah. Telinganya yang sebelah berbenjol sedang yang sebelah lagi berbentuk lebar, telapak kakinya salama panjang kemuka dan kebelakang, pusarnya besar seperti bakul Raja (bakuk Karaeng).
Mengapa anaknya Tumassalangga Baraya memiliki badan seperti itu. Ternyata, beberapa anggota badannya punya keistimewaan. Bahunya miring, telinganya seperti bukit yang melambai-lambai, rambut yang putus di Jawa dapat didengarnya, Kerbau putih mati di Selayar dapat tercium olehnya, Burung Merpati yang ada di Bantaeng dapat dilihatnya; pandai menikam. Siapa yang menyembah kepadanya bertahil-tahil emasnya (akan jadi kaya), siapa yang menyembah, dia akan dimohonkan berkat keselamatan; siapa yang menyembah dia akan menjadi rakyatnya.
Setelah Tumassalangga Baraya dewasa, maka pada suatu hari Putri Ratu Tu Manurunga membelah dua tokoh Kerajaan yang ada padanya. Yang sebelah disimpan untuk putranya dan sebelah lainnya untuk dirinya sendiri. Sesudah itu, Baginda kemudian masuk ke dalam biliknya dan di sanalah Baginda mairat atau raib ke Negeri Kayangan.
Adapun belahan dokoh Kerajaan yang tersimpan untuk Tumassalangga Baraya dinamai “Tunisamanga“. Karaeng Bayo dan Lakipadada yang masing-masing dalam keadaan mairat dengan meninggalkan Klewannya masing-masing diperuntukkan untuk Tumassalangga Baraya.
Tanru Ballanga, Sudanga dan Tunisamanga adalah menjadi milik Kalompoang (kebesaran dari Kerajaan Gowa) sejakzaman purba hingga zaman sekarang masih tersimpan di Museum Balla Lompoa.
Raja Gowa Tumassalangga Baraya ini tidak diketahui siapa istrinya. Namun berdasarkan silsilah Raja-raja Gowa dapat diketahui bahwa Tumassalangga Baraya memiliki seorang anak bernama I Puang Loe Lembang yang kelak menggantikannya sebagai Raja Gowa ketiga.
Tumassalangga Baraya yang memerintah pada tahun 1345-1370. Hingga akhir masa jabatannya, dikabarkan Tumassalangga Baraya berangkat menuju ke utara di sebelah Bukit yangada di perkampungan Jongoa (mungkin Jonggo). Setelah duduk di bukit itu, terdengarlah suara halilintar dan hujan turun di hari panas terik. Bersamaan dengan itu pula Tumassalangga Baraya lengap dari pandangan masyarakatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda