KARAENG TUMAPAKRISIK KALLONNA
I Mannuntungi Daeng Matanre Karaeng Tumapakrisik Kallonna adalah putra Raja Gowa VII Batara Gowa dari Permaisuri keduanya bernama I Rerasi, salah
seorang bangsawan Tallo, Beliau adalah saudara tiri dari I Pakkere’ Tau
(Raja Gowa VIII) Karaeng Garassik dan Karaeng ri Bone.
Karaeng Tumapakrisik Kallonna adalah
Raja yang memiliki sifat-sifat istimewa, seperti memiliki pemikiran yang
cerdas, berani dan berbudi pekerti.
Selama memimpin Kerajaan Gowa, beliau
punya pemikiran strategi untuk memajukan Gowa. Menurutnya, kalau Ibukota
Kerajaan Gowa tetap berada di Bukit Tamalate, sampai kapanpun Gowa tak
akan bisa maju. Untuk mencapai kemajuan, maka Ibukota kerajaan harus
dipindahkan ke daerah pesisir. Sebab di darah pesisir inilah, Gowa akan
terbuka bagi Dunia luar.
Dari konsep pemikiran itulah, Ibukota
Kerajaan Gowa dipindahkan dari Bukit Tamalate ke Sombaopu. Atas perintah
Karaeng, masyarakat ramai-ramai membangun Istana di pesisir Sombaopu.
Kemudian di sekitar Istana itu dibuatkan Benteng yang terbuat dari
gundukan tanah liat dan di di pesisir dibangun sebuah Dermaga yang
nantinya bisa menjadi pelabuhan bagi kapal-kapal niaga yang berlayar ke
Wilayah Timur Nusantara ini.
Dari upaya Karaeng Tumapakrisik Kallonna
inilah, Gowa tidak hanya dikenal sebagai kerjaan Agraris, juga Kerajaan
Maritim. Ditangannyalah, Gowa telah berhasil mencapai kemajuan di
berbagai bidang utamanya di bidang sosial, ekonomi dan politik.
Dermaga yang telah dibangun juga
mengalami perkembangan pesat. Apalagi setelah Malaka jatuh di tangan
Portugis pada tahun 1512, maka perhatian pedagang dari luar negeri
beralih ke Dermaga Somba Opu. Pada tahun 1512 orang-orang melayu minta
izin untuk berniaga di Makassar disusul Bangsa lainnya, seperti orang
Portugis, Spanyol dan Belanda serta Bangsa lainnya. Kedatangan mereka ke
Somba Opu, karena di Wilayah Timur Nusantara ini sangat kaya akan
rempah-rempah.
Kemajuan yang telah dicapai oleh Gowa
saat itu, sehingga Karaeng Tumapakrisik Kallonna mengangkat beberapa
Pejabat Kerajaan yang menduduki jabatan strategis, seperti jabatan
syahbandar (Subannara) yang dipercayakan pada Daeng Pammatte, juga
mengangkat Tumailalang yang bertugas mengurusi kepentingan kerajaan, dan
mengangkat beberapa Gallarrang (Kepala Kampung) di wilayah Kerajaan
Gowa.
Disamping
itu Karaeng Tumapakrisik Kallonna merintis adanya upaya pencatatan
beberapa peristiwa bersejarah dalam lingkungan Kerajaan Gowa – Tallo.
Untuk membuat catatan seperti yang diinginkan itu, beliau menyuruh Daeng
Pamatte untuk menciptakan aksara Makassar. Aksara ini kemudian dikenal
dengan nama Aksara Lontara.
Dengan
adanya Aksara Lontara inilah, maka mulai saat itu, telah dicatat
beberapa peristiwa penting dalam sebuah buku yang disebut Lontara Bilang
(Kronik). Dari catatan bersejarah inilah yang menjadi sumber sejarah
outentik yang diwariskan dari generasi ke generasi. Lontara Bilang yang
ditulis itu kini dikenal dengan nama Lontara Bilang Gowa Tallo.
Dalam masa pemerintahan Karaeng
Tumapakrisik Kallonna, Kerajaan Gowa telah menggoreskan arti penting
bagi sejarah ketimuran Nusantara khususnya di bagian Timur Indonesia.
Pada masanya, Ibukota Sombaopu dibangun dan dikembangkan sehingga
mencapai kemajuan sebagai bandar niaga terbesar, bukan hanya di
Nusantara bahkan di Asia Tenggara.
Kedatangan orang Portugis di Makassar
telah banyak mendapati kapal-kapal orang Makassar yang berkeliaran di
sekeliling nusantara, bahkan sampai di India, Siam (Muangthai) dan
Filipina Selatan (Mindanao). Portugis merupakan orang Eropa pertama yang
datang ke Makassar dan banyak menjalin hubungan persahabatan dan
hubungan dagang dengan Kerajaan Gowa.
Masuknya orang asing ke Makassar membuat
Karaeg Tumapakrisik Kallonna harus lebih hati-hati. Beliau membangun
Benteng pertahanan di sombaopu pada tahun 1512 yang terbuat dari
gundukan tanah. Benteng itu kemudian direnovasi oleh Raja Gowa X
Tunipallangga Ulaweng menjadi tembok bata yang lebih kokoh. Kemudian di
sepanjang pesisir juga dibangun beberapa anak benteng, seperti Benteng
Tallo, Ujung Pandang, Mariso, Panakkukang, Garassi, Galesong, Barombong,
Anak Gowa dan Benteng Kalegowa.
Karaeng Tumapakrisik Kallonna yang
terkenal keberaniannya, juga berusaha memperluas wilayah kekuasaannya.
Atas usahanya itu, Karaeng Tumapakrisik Kallonna berhasil menaklukkan
beberapa negeri, seperti Garassik, Katingang, Siang (Pangkaje’ne),
Sidenreng, Marusu, Bulukumba, Selayar, Panaikang, Mandalle, Cempaga,
Polongbangkeng,, dll.
Baginda mengadakan traktat dengan Raja
Marusu yang digelar Karaeng Loe ri Pakere’ dan Raja Bone La Ulio BottoE
MatinroE ri Itterung dan Karaeng Loe ri Bajeng. Selanjutnya baginda
jadikan negeri Sanrobone, Jipang, Galesong, Agang Nionjok (sekarang
Tanete), Kahu, Pakombong sebagai Kerajaan Palilik.
Gowa dibawa Karaeng Tumapakrisik
Kallonna juga pernah berperang melawan Tallo yang saat itu dijabat oleh
Mangayaoang Berang Karaeng Pasi yang lasim disebut Karaeng Tunipasuru.
Dalam peperangan itu, Raja Tallo dibantu oleh I Mappasomba Daeng Uraga,
Karaeng Loe ri Pakere dan Daeng Passari Karaeng Loe ri Bajeng. Dalam
peperangan itu, Tallo dan sekutunya kalah. Saat itu pula dibuat
perjanjian perdamaian yang kekal yang isinya (Barangsiapa yang hendak mencoba memperselisihkan Gowa dan Tallo, akan dikutuk oleh Dewata”. dari perjanjian itu pulalah, Raja Tallo I Mangayaoang Berang Karaeng Pasi menjadi Mangkubumi Kerajaan Gowa pertama.
Karaeng Tumapakrisik Kallonna
mangkat pada tahun 1547 setelah 36 tahun memerintah Kerajaan Gowa. Dia
mangkat karena menderita penyakit leher sehingga ia digelar Karaeng
Tumapakrisik Kallonna (Raja yang sakit leher).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar