Anda Suka membaca Kisah Masa Lampau ??

Translate

Minggu, 25 Maret 2012

Raja Gowa XIII

I TEPU KARAENG DAENG

PARABBUNG

I Tepu Karaeng adalah putra I MAnggorai Daeng Mammeta Karaeng Tunijalloa. Ia naik tahta dalam usia 15 tahun walau usianya masih muda. Tetapi ia mengendalikan pemerintahan di Kerajaan Gowa secara sewenang-wenang.
Tindakan yang dilakukan oleh Sang Raja adalah memecah beberapa pembesar kerajaan, Tumailalang bernama Daeng ri Macinna, membagi-bagi hamba Raja dan menetapkan Bate Salapanga ri Gowa menjadi “SipuE besar”, melarang rakyat berbakti pada kedua kakaknya, membunuh orang-orang walaupun tidak bersalah dan masih banyak lagi pelanggaran lainnya.
Akibat dari tindakan Raja Gowa itu, banyak pendatang utamanya pedagang dari Jawa dan Sumatera serta daerah lainnya meninggalkan Gowa, membuat Gowa sepi dari kegiatan perdagangan dan pelayaran.
Disamping itu, banyak anak raja dari Gowa yang meninggalkan negerinya menuju daerah lain yang dianggap lebih aman, seperti I Mallingkaang Daeng Nyonri Karaeng Katangka (Raja Tallo/ Mangkubumi Kerajaan Gowa), Karaeng Barombong, Karaeng Data, Karaeng Alla dan masih banyak pembesar kerajaan lainnya.
Setelah tiga tahun lamanya memegang kendali pemerintahan di Kerajaan Gowa, tindakan dari Sang Raja tak bisa lagi ditolerir oleh rakyatnya, membuat rakyat dan beberapa pembesar kerajaan melakukan pemberontakan. Raja I Tepu Karaeng tak bisa berbuat apa-apa, ia turun tahta secara paksa. Untuk mengisi kekososngan, maka rakyat Gowa mengangkat Saudaranya I Manga’rangi Daeng Manrabbia sebagai penggantinya.
I Tepu Karaeng bukan hanya turun tahta, malah ia diusir keluar Gowa. Nasib baik baginya, karena masih mendapat perlindungan dari Raja Luwu. I Tepu Karaeng lalau menetap di Luwu. Itulah sebabnya, Raja ini bergelar Karaeng Tunipasulu artinya raja yang dikeluarkan atau diusir dari negerinya.
Setelah I Tepu Karaeng di pengasingan di Luwu, membuat ia sadar bahwa apa yang ia perbuat itu suatu kesalahan besar. Ketika Islam pertama masuk di Kerajaan Gowa, penyebarannya sampai ke beberapa kerajaan sahabat termasuk Luwu. Masuknya Islam di Luwu, juga termasuk I Tepu Karaeng menerima Islam secara utuh.
Setelah sekian lama tinggal di Luwu, I Tepu Karaeng yang sudah masuk Islam itu lalu pindah ke Buton, disanalah ia wafat pada tangga 15 Juli 1617.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda